GRESIK, Reportase INC – Pada tanggal 02/06/2023 telah memunculkan nama baru yang diduga sebagai pemain atau mafia solar bersubsidi dan pertalite bersubsidi di SPBU 54.611.21 desa Wadeng Sedayu Gresik.
Jika dikatakan pengambilan solar bersubsidi tersebut adalah benar untuk kebutuhan para petani dan nelayan ya maklum karena rata-rata para pengangsu solar atau pertalite bersubsidi beralasan atau beralibi pakai surat dari desa atau dari dinas perikanan, akan tetapi rata-rata para pengangsu tersebut kenyataanya ngangsu sekali ambil bisa berjumlah lebih dari ketentuan atau aturan dari pihak pertamina dengan berpedoman pakai barkot.
Kemudian dalam investigasi atau pantauan dilapangan dari reportaseindonesianews.com di SPBU Wadeng Sedayu tersebut para pengangsu solar dan pertalit bersubsidi ngantri disiang bolong dan terang terangan hingga mencapai puluhan orang dengan gunakan kaleng atau drum berisi 60 liter hingga 200 liter juga ada yang pakai jerigen berisi 35 liter dan dilakukan berulang -ulang dalam setiap orangnya dan dengan dasar surat rekomendasi dari desa atau dari dinas perikanan, hal tersebut diduga hanya alibi atau mengkambing hitamkan nelayan dan petani.
Dan solar juga pertalite bersubsidi tersebut dikirim disalah satu gudang kemudian diambil oleh mobil tangki berkapasitas 5–8 ton lalu dijual kepada para mafia BBM.
Yang patut dipertanyakan, apa gunanya barkot dari pihak Pertamina yang tujuanya untuk pembatasan pemakaian BBM bersubsidi agar tepat sasaran, namun kenyataanya di SPBU tersebut spertinya barkot tidak ada gunanya, kemudian apa tugas tim audit dari Pertamina, apa sudah kong kali-kong.
Pada saat dikonfermasi pihak operator dari SPBU oleh reportaseindonesianews.com mengatakan “tidak tahu itu siapa yang ngangsu”, lalu ditanya lagi oleh media ini, siapa yang ngisi?, “yang ngisi ya saya”, kemudian ditanya lagi, dimana pengurusmu?, ” pengurus tidak ada”, para operator tersebut seolah tidak merasa melanggar aturan yang ada sehingga tidak perduli dengan siapa saja atau mungkin sudah merasa ada yang membeck up sehingga menjadi tenang melakukan pelayanan dalam pelanggaran penyaluran BBM bersubsidi.
(Heru Hariyanto/Irfa’Yazid)
Dan anehnya praktek itu sampai sekarang masih tetap dilakukan dan kesannya ada pembiaran.
Saya ini untuk mengisi sepeda motor saja hampir 99℅ tidak pernah ada dan selalu ditempel habis, padahal kiriman dari pertamina selalu lancar.