Lamongan – Reportase INC | Pelaksanaan gerak jalan Napak Tilas Mayangkara Kabupaten Lamongan dilaksanakan pada Sabtu, (3/10/2022).
Yang bertujuan untuk mengenang masa penjajahan belanda dalam rangka mempertahankan daerah Mantup dan sekaligus memperingati HUT RI ke- 77 tahun 2022.
Napak tilas yang dimulai di Lapangan Mayangkara Desa/Kecamatan Mantup Kabupaten Lamongan Jawa Timur, menuju kawasan pendopo Lokatantra Lamongan dengan rute yang harus ditempuh sejauh lebih kurang 22 kilometer. Gerak jalan ini, bertujuan menapaktilas perjuangan prajurit Batalyon Mayangkara yang dikomandani Djarot Subiyantoro saat melawan Belanda.
Kilas sejarah Mayangkara, ” Pada minggu-minggu pertama setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, untuk menjaga keamanan di Kota Surabaya dibentuk Badan Keamanan rakyat atau BKR, dengan pimpinan Soengkono. Untuk melaksanakan tugas menjaga keamanan dibutuhkan suatu pasukan bersenjata api yang orang-orangnya mahir menggunakan senjata itu.
Maka dibentuklah barisan bersenjata dibawah pimpinan R. Djarot Soebijantoro dari Jibakutai (Pasukan Berani Mati Jepang). Barisan ini kemudian dinamakan barisan penyerbu atau BP, sedang anggota-anggotanya terdiri dari anak buah Jibakutai dulu, ditambah para pelajar, Heiho dan Arek-arek Suroboyo lainnya. Barisan ini menjadi bayangkari di markas BKR Surabaya yang berkedudukan di Jalan Cendana (sekarang Jl. Kombespol. M. Duryat)
Ketika BKR pada tanggal 5 Oktober 1945 dilebur menjadi TKR (Tentara Keamanan Rakyat), Barisan Penyerbu dilantik dan diresmikan menjadi Kompi Barisan Penyerbu TKR Divisi VII yang memiliki anggota kira-kira 300 orang, 70% diantaranya bersenjata yang didapat dari perampasan terhadap tentara Jepang.
Karena mengalami gempuran-gempuran hebat dari musuh, markas pertahanan Surabaya terpaksa berpindah-pindah tempat, demikian juga markas Komando kompi BP dari jalan Cendana pindah ke taman Bungkul, Wonokromo, Pabrik Gula Tulangan, Kedurus, Mlaten, Sepanjang, Bambe, Driyorejo hingga Perning. Selama itu kompi BP selalu menjadi tulang punggung kekuatan dari markas pertahanan Surabaya dan ikut berpindah-pindah.
Dalam sejarah perjuangan Batalyon Mayangkara sejak pecah revolusi, terutama pada sebelum tercapainya kembali Kedaulatan Republik Indonesia, banyak peristiwa yang mengharukan, perjuangan dengan penuh semangat patriotik.
Pada tanggal 5 Mei 1946, Batalyon Djarot dipindah dan selanjutnya berkedudukan di mantup. Di daerah ini tugasnya yang terpenting adalah membentengi markas Pertahanan Surabaya di wilayah utara. Selain membendung serangan musuh dari timur (Kota Surabaya), juga berusaha mengacau pertahanan musuh. Jelaslah untuk itu dituntut pasukan yang giat dan kewaspadaan yang tinggi.
Dua bulan setelah berada di daerah Mantup, pada bulan Juli 1946, Mayor Djarot mendapat hadiah dari Kepala Daerah Mantup seekor kuda berwarna putih bernama Mayangkara. Mengapa kuda yang bagus itu dihadiahkan kepada Komandan Batalyon Djarot ? Konon Kepala Daerah Mantup sebelumnya bermimpi kedatangan seorang pendeta yang mengatakan bahwa kuda peliharaannya itu harus diberikan kepada seorang pemimpin pertempuran yang ada di daerah itu.
Agaknya terjadi sambung rasa antara yang memberi dan yang diberi. Sebab, menurut pengakuannya, R. Djarot Soebijantoro (Mayor. Inf. TNI-AD) pada waktu itu juga bermimpi kedatangan seorang raja mengendarai kuda berwarna putih, sang Raja kemudian memberikan kuda tunggangannya, dengan pesan agar kuda tadi dipergunakan untuk memimpin barisan, dilansir dari artikel Ardy Setyawan, red).
Dan untuk mengenang peristiwa tersebut telah diperingati setiap tahunnya diadakan gerak jalan Napak Tilas Mayangkara untuk mengenang perjuangan , dengan start dari Gedung Monumen Mayangkara di Kecamatan Mantup dan finish di depan Pendopo Lokatantra.
Mengawali kegiatan dengan upacara pemberangkatan napak tilas Mayangkara yang dipimpin langsung oleh Bupati Lamongan Yuhronur Efendi, kegiatan ini dijadikan momentum untuk menanamkan jiwa kejuangan yang sudah ada sejak dulu di Lamongan. Yangmana dengan jiwa patriotisme dan nasionalisme akan memudahkan dalam mencapai kejayaan Lamongan yang berkeadilan.
“Dengan memantapkan jiwa nasionalisme pasti akan mempermudah kita dalam mencapai kejayaan Lamongan yang berkeadilan. Karena dengan peringatan napak tilas Mayangkara tiap tahunnya pasti akan memotivasi kita menerapkan nilai-nilai kejuangan layaknya leluhur kita dahulu,” tutur Bupati yang akrab disapa Pak Yes saat memberangkatkan peserta.
Selanjutnya, pemberangkatan peserta gerak jalan Napak Tilas Mayangkara ini diikuti 287 peserta yang berasal dari berbagai lembaga pendidikan dan umum. Ada sebanyak 48 pelajar putra dan 28 pelajar putri dan ratusan lainnya dari kategori umum.
Pemberangkatan peserta gerak jalan sejauh 22km dengan Start lapangan Mayangkara Desa/Kecamatan Mantup – Jl.Raya Kecamatan Mantup – Jl. Raya Kecamatan Kembangbahu – Jl.Raya Kecamatan Tikung – Jl. Sunan Drajad – Jl. Lamongrejo – Finish Patung Bandeng Lele Kabupaten Lamongan.
Menjadi bagian dari perayaan kemerdekaan ke-77, kegiatan ini akan diberikan apresiasi berupa doorprize. Doorprize yang disiapkan terbagi menjadi 2 yakni undian untuk seluruh peserta karena setiap peserta diberikan kupon dan hadiah untuk pemenang yang memiliki kriteria kekompakan, ketepatan waktu tempuh, dan kostum menarik yang digunakan.(Rendra)