LAMONGAN, Reportase INC – Semenjak marak gadget dan media sosial kian viral, penerbitan media cetak (buku, tabloid, koran, majalah dll) dikatakan lesu darah. Betapa tidak! Satu perangkat semacam HP saja sudah multi guna. Di dalamnya ada radio, ada kamera, ada berita paling gres dan sebagainya.
Guna mengejar ketertinggalan di bidang penerbitan, maka kini dibuatlah karya bersama. Dengan sistim keroyokan itu, biaya cetak boleh dibilang relatif murah. Sebab si penulis yang ingin memiliki buku terbitnya bisa urunan bersama. Termasuk buku bertajuk GTT DAN PTT BISA NYATE.
Jangan sepelekan status GTT (Guru Tidak Tetap) dan karyawan PTT (Pegawai Tidak Tetap). Walau tidak menunggu gaji negara, upah guru dan karyawan honorer itu sungguh sangat barokah. Buktinya mereka tak kalah dengan orang gedongan. Kalangan the have berkuliner-ria. Guru dan karyawan swasta dari lembaga di desa, bisa beli sate dan gule. Sungguh kece…..! Hehehe…..
Kisah unik menarik dialami para pengabdi di dunia pendidikan itu tertuang dalam buku antologi (karya bersama) sesuai dengan sudut pandangnya. Ada yang menuangkan dalam bentuk puisi, pantun, cerpen, opini, proses/karangan bebas dsb.
Buku aktual setebal 330 halaman itu dicetak oleh CV Ilalang Press Lamongan. Setting dan lay-out besutan Heri Liswanto ini mendapat apresiasi positif dari berbagai daerah propinsi Indonesia. Terbukti penulisnya dari beberapa pelosok nun jauh dari bumi pertiwi. Dengan karya terbaiknya, ini semua agar literasi tetap lestari sepanjang hari.
Untuk menambah greget dan betah membaca, di beberapa halaman terpampang gambar penulis dan ilustrasi karyanya. Ini buku enak dibaca, karena dengan bahasa yang ringan, gampang dimengerti dan sangat pantas bila dijadikan suvenir (hadiah kenang-kenangan) buat teman sejawat, sanak famili, handaitolan, kerabat kerja dan sebagainya.
(Ahmad Fanani Mosah)