LAMONGAN, Reportase INC – Permadani (Persaudaraan Masyarakat Budaya Nasional Indonesia) Kabupaten Lamongan, mengadakan peringatan berdirinya. Pagelaran acara dikemas secara hikmat dengan berleseh-lesehan ria. Ketua Permadani DPD (Dewan Pimpinan Daerah) Kab Lamongan, Kiyatarto, M.Pd dalam sambutannya mengajak audiens/anggota berjuluk budayawan sekitar 300 orang itu untuk mengheningkan cipta sembari mendoakan para pengurus/pendiri Permadani yang telah wafat mendahului.
Kata Pak Kiyat (sapaan akrabnya) : “Sejatinya ultah Permadani Kabupaten Lamongan tgl 2 September 2006. Baru sempat kali ini, 8 September 2024 kita peringati. Nggak masalah, yang penting kita tetap gairah dalam menguri-uri (melestarikan) budaya bangsa, khususnya asli dari tanah Jawa…”
Di bagian lain, Pak Guru SMP Negeri 1 Modo yang sekaligus sebagai tuan rumah kala itu (08-09-2024) mengucapkan terimakasih dan
mohon maaf sebanyak-banyaknya atas terlaksananya acara cukup sederhana ini. “Begitu guyup-rukunnya warga Permadani hingga terkumpul tumpeng dan aneka kuliner yang sangat banyak ini. Untuk saya ucapkan beribu-ganda terimakasih atas sumbangan tumpengnya. Semoga MC, tatarias dan cucuk lampah yang panjenengan lakoni sangat laris manis…!” harapan Pak Guru pengampu matapelajaran Bahasa Indonesia itu. Di bagian akhir, Pak Kiyatarto menginformasikan, akan dibuka lagi pawiyatan/kursus ke-MC-an bregada (angkatan 14). “Mohon digetok-tularkan…!” pinta Pak Kiyat, selaku ketua menggantikan Pak Tedjo yang sudah almarhum.
Temu warga digelar di ruang Karawitan Dharmayogi SMP Negeri 1 Modo itu juga membuka usulan & saran dari para simpatisan.
Sumbang-saran pertama, disampaikan Kidalang Anom Tikono. Pak dalang yang didapuk pelatih seni karawitan, mengusulkan agar segera menyebar brosur, sekaligus biaya kebutuhan selama kursus MC termaksud. “Saya sudah dapat banyak peserta lho..!” seloroh pelatih senior Permadani yang akrab dengan pelajar pecinta karawitan itu. Senada juga dengan Pak Suwarno, agar info dibukanya bregada 14 segera beredar.
Sementara Mbahkin Solikin Atmajaya, sesepuh budayawan Lamongan, berkomen : “Yang penting mari kita tunjukkan krida-nyata (laku yang baik yang bisa tampak nyata), sehingga masyarakat tambah suka dan simpati pada Permadani…”.
Sedangkan Pak Icun Imprayadi, salah satu dari Dwija (tutor) pelatihan, punya gagasan : “Sebaiknya kita membidik peserta dari guru-guru Bahasa Jawa SMP atau SMA, karena saya lihat banyak guru Bahasa Jawanya belum memenuhi standar…!”
Semua masukan ditampung oleh Pak Imam Sujadi, kordinator divisi Pendidikan, bahwa semua usulan positip tersebut akan kita tindak-lanjuti.
Di tempat terpisah, divisi Humas & Sosial, Marwi Jaelani mengomentari acara 18 tahun Permadani dengan 7 tumpeng. “Makna angka tujuh (pitu pertanda kita mengharap pitulungan dari Gusti Alloh SWT)” tutur Marwi kepada reporter awak media ini.
Ungkapan senada, juga dilontarkan oleh Mbah Taswan, : “Tumpeng itu dari kiratabasa tumapaking penguripan. Makanya bentuknya kerucut. Itu maknanya nafas kehidupan. Kita senantiasa mohon kepada Alloh yang Maha Tinggi…!” ungkap Mbah Taswan alumni Permadani bregada 6, kepada awak media ini.
Pamungkas acara ditutup dengan doa yang dipandu oleh Abah Rifa’i, mantan modin dan staf KUA Bluluk.
Reporter : Ahmad Fanani Mosah.