LAMONGAN, Reportase INC – Siapa sangka diam-diam wartawan/jurnalis/kontributor berita Reportase INC (Indonesia News Community) menyabet juara 1 lomba menulis geguritan (puisi berbahasa Jawa). Bersamaan dengan digelarnya even lomba yang digelar oleh SIP Publishing itu, si empunya nama Ahmad Fanani Mosah mendapat tugas sebagai editor kepenulisan diikuti alumni tour 3 negara (Malaysia-Singapura-Thailand).
Sepak-terjangnya Bung Mosah (demikian panggilan akrabnya penulis kita yang satu ini), di bidang literasi dimulai semenjak dini. Kala itu di era 70, 80 dan 90-an, Ahmad Fanani Mosah sudah sering menulis untuk majalah “Sayang” (Jakarta), “Kuncup” (Surabaya), MPA (Depag Jatim) dan Koran Mingguan Guru serta Karya Darma.
Berkat ketekunannya, putra kinasih dari Pak Achsin dan Bu Muslihah itu namanya kian mencuat dan dikenal oleh redaksi media cetak hingga ke khalayak. Tak ayal pula karya-karya jurnalistiknya yang menggelitik itu sering menghiasi koran/surat kabar hingga nama Pak Guru SMP Negeri 3 Babat tenar. Majalah dan koran-koran besar semacam Mimbar, Bende, Fakta, Surya, Memorandum, Jawapos, Surabaya Post, Warta Banten, Tabloid Istiqlal, Kompas, Penyebar Semangat dsb, sering memuat karya jurnalistiknya. Tidak hanya dibidang literasi/tulis-menulis. Bidang orasipun ia geluti. Di sela-sela jam kosong (hari libur) Bung Fan Mosah melayani job sebagai MC penganten dan host/presenter konser musik entertainment panggung. Tak jarang pula pria penyuka traveling ini sering diajak rekaman dubbing-suara (pengisi suara).
Semenjak purna tugas 2 tahun lalu, Bung Mosah masih terus eksis menulis. “Begitu pensiun dari guru PNS, ada saja tugas dan garapan menyelimuti diriku…” ujarnya. “Ya nulis, ya ngurusi tukang mbangun menara masjid, ya budal manggung MC, pokoknya ada saja tugas sosial itu…” selorohnya kepada Redaksi INC koran ini. Di kalangan angkasawan (penyiar radio) nama Ahmad Fanani Mosah, juga diperhitungkan. Ketika bercuap-cuap di studio Radio Arsega FM, Bung Mosah selalu bikin penasaran pendengarnya. Banyak pendengar datang ke ruang siaran, gegara kepingin berkenalan dengan tokoh-tokoh bernama Gombloh, Pengawal Soleh dan Ning Mince. Padahal nama-nama penyiar fiktif itu hanya 1 (satu) orang, yakni Bung Mosah saja. Itulah kekuatan orasi dan kemampuannya memiliki 4 karakter pemain. Sementara literasi yang dimiliki Si Bung bermarkas di rumah kampung Sawo, Babat ini sedikit-banyak menorehkan namanya pada beberapa buku yang ditulisnya.
Pertama kalinya novel remaja yang terbit adalah “Malam Bulan Purnama Di Korea”. Kemudian disusul karya berikutnya “Beginilah Seharusnya” setebal 516 halaman, (diterbitkan oleh UIN Maliki Press Malang) kini bertengger di Perpustakaan Nasional. Disusul kumpulan cerpen anak-anak, antologi puisi dan lain sebagainya. Sering pula setiap even kepenulisan yang diikuti, selalu mendapat juara.
Ketika ditanya tentang suka-dukanya sebagai penulis, lelaki Virgoboy Lamongan ini bertutur : “Banyak pihak mengajak bikin buku antologi. Dan banyak penulis yang ingin saya editori, tapi kirim naskahnya telat. Otomatis menghambat penulis yang lain.!” kata suami Siti Hindun kepada Redaksi Online ini. Sebelum mengakhiri perbincangan dengan tokoh fenomenal dadakan ini, kira-kira pesan apa yang tersampaikan : “Kepada teman-teman jurnalis, jangan merasa pesimis. Teruslah berkarya dan berkarya. Cobalah optimis semoga mendapat sesuatu yang manis. Nantinya Anda akan menuai makna…!” pesannya.
(Had/Redaksi)














