LAMONGAN, Reportase INC – Penyelenggaraan pendidikan non formal diterapkan oleh PERMADANI (Persaudaraan Masyarakat Budaya Nasional Indonesia). Dewan Pengurus Daerah (DPD) Permadani Kabupaten Lamongan, fokus menitik-beratkan pada pelatihan ke-MC-an, khususnya penganten adat Jawa. Oleh karenanya formulasi itu disebut pranata adiwicara tuwin pamedhar sabda.
Ketua penyelenggara kursus, Drs. Imam Sujadi, M.Si menuturkan kepada Reporter Media INC bahwa periode kali ini ada 40 peserta yang diwisuda, lewat bergada XIV (angkatan 14). MC senior yang sudah punya jam terbang dari panggung ke panggung itu, Pak Imam Sujadi mendapat tugas menyajikan materi kepenata-caraan. “Andai masih ada peserta ingin memperdalam keilmuannya, saya siap menyampaikan. Tempatnya dimana saja, saya siap mendatanginya…” kata Pak Dosen bidang Sastra Jawa itu kepada Reporter Koran Online ini.
Acara Wisuda Purnawiyata digelar di halaman SMP Negeri 1 Modo dihadiri oleh para pecinta budaya. Antara lain : Pengurus Pusat Permadani dari Semarang, Pengurus Daerah Lamongan, bahkan tamu kehormatan dari Dewan Pengurus Wilayah Jatim dihadiri oleh Pak Soni Harsono sekaligus yang mewisuda secara resmi. Hadir pula tamu dari DPD Tulung Agung. Juga undangan kehormatan, Kepala SMP Negeri 1 Modo, Pak Karnadi, S.Pd, M.Pd dan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pak Sariono, S.Sn serta tentu saja para wisudawan/wisudawati yang mengajak keluarganya. Total audiens yang hadir kala itu sekitar 500 orang (Ahad Pon, 11 Mei 2025).
Drs. Kiyatarto, M.Pd yang saban harinya sebagai Ketua DPD Permadani Lamongan, dalam sambutannya bertutur : “Banyak keunikan dari wisudawan kali ini. Jenjang pendidikan peserta ada yang dari SD, SMP, Dosen menyandang gelar doktor, sarjana hukum, guru ASN dan sebagainya…”
Lebih lanjut Pak Kiyat, panggilan akrabnya menyampaikan informasi bahwa ada nama-nama yang unik. “Hampir sama. Hanya merubah huruf saja. Maklum nama anak jaman sekarang yang modern ini. Dan mereka masih duduk di bangku SD dan SMP. Ada Aira, Aura dan Arai…” sebut Pak Kiyat dari mimbar pidato itu yang disambut gerrr para pengunjung. Guna mengakrabkan dengan pengunjung, Pak Kiyat minta beberapa nama yang disebut untuk berdiri.
Sementara Ketua Dewan Pengurus Pusat Permadani, Suyitno Yogo Pamungkas, M.Pd dalam orasinya berkisah bahwa jika ditelisik secara mendalam, asal-muasal budaya luhur ini dari Jawatimur. “Pintu gerbang kerajaan Majapahit ada di Mojokerto. Terus sumrambah berkembang sampai Jawatengah, Surakarta, Yogyakarta dan seterusnya…” urai Pak Dosen Universitas PGRI Semarang itu.
“Kebetulan para wisudawan disini banyak dari kalangan orang-orang pendidikan. Bahkan ada yang dosen. Dari kalangan ilmiyah inilah mari bersama-sama mengadakan penelitian di bidang kebudayaan kita…” ajaknya mantap.
Lebih lanjut, orang nomor satu di Pusat Permadani bermarkas di Semarang, titip pesan : “Permadani tidak mencetak MC. Tapi warga Permadani harus bisa menjadi MC handal. Dan jangan pasang tarip. Soal rejeki urusan Gusti Alloh, bisa diperoleh dari jalan lain, asalkan kita ikhlas. Wong saya semenjak terjun di Permadani 40 tahun tidak pernah mendapat job MC, kok ..!” selorohnya disambut gelak tawa para hadirin. “Bahkan pernah dimintai bantuan memandu acara. Ternyata tuan rumah sama sekali tidak mengucapkan terimakasih..!” sambungnya. “Tapi saya kan dapat rejeki dari yang lain, misanya bersumber dari dosen dan sebagainya ..” tambahnya.
Sariono, S.sn dalam sambutannya menyampaikan ucapan salam dan permohonan maaf buat Kepala Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Bu Siti Rubikah tidak bisa hadir, karena memenuhi undangan dan mengawal seniman Lamongan tampil di Anjungan Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta.
Usai acara formal, dilanjutkan berfoto bersama dan berjabat tangan. Acara ramah tamah itu diselingi atraksi gerak lincah Anoman diperagakan warga Permadani.
Reporter : Ahmad Fanani Mosah