MOJOKERTO, Reportase INC – Desa Banyulegi, Kecamatan Dawar Blandong semakin cetar tidak bohong. Segudang prestasi bidang seni-budaya sungguh nyata adanya. Ini dibuktikan dengan tampilan 3 dalang remaja (19/10/2024).
Acara bertajuk “baritan” (nyadran/sedekah bumi/ kirim doa) dan hari ulang tahun berdirinya organisasi/komunitas seni “warsejiwa” ke 6 tahun. Warsejiwa merupakan akronim dari Warga Dawar Sejiwa.
Perkumpulan para seniman dan budayawan dipimpin Wuryanto dari dusun Glagah yang rumahnya dijadikan alamat sekretariat. “Monggo semua rampen ini dibawa ke lokasi pegelaran…!” ajak Cak Siwur (panggilan akrab) Wuryanto sang ketua. Dalam waktu sekejap, seluruh barang-barang yang akan dipajang dilokasi Sentono malam itu sudah tertata dengan rapi.
Ketika awak media Reportase ini menguntit dari belakang, seluruh kru dan jajaran panitia menata dengan cepat dan cekatan. Ada 3 (tiga) ember sesaji, bendera merah putih dan pataka/lambang kebesaran organisasi, dsb.
Salah satu pendiri Paguyuban Seni Warsejiwa, Sutono mengungkapkan : “Sebelum masuk media cetak, saya siap mengklarifikasi bahwa berdirinya Warsejiwa tanggal 14 Oktober 2018. Saya tahu persis. Wong saya juga ikut mendirikan kok…!” kata Sutono sembari nyeruput kopinya ketika berbincang santai dengan awak media ini.
“Anggotanya dari berbagai elemen. Ada yang dari Permadani, ada yang dari Among Budoyo, anggota Ludruk, Pedalangan, Juru Rias, MC, Cucuk Lampah, Jaranan/Kudalumping, Tukang Photo, Juru Shoting dan sebagainya…” ungkap Kang Marwi salah satu anggota yang getol dilapangan.
Hal ini juga dibenarkan oleh Subadi pengurus Warsejiwa yang saban harinya menekuni profesi sebagai juru potret dan shoting video Permata Production.
“Mula-mula anggota dari seniman dan budayawan itu saling kunjung, menggali potensi yang ada di desanya masing-masing. Biar tidak liar, kita tampung dalam wadah seni Paguyuban Warsejiwa ini. Kita beri job sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Seperti tadi penari Remo diperankan Cak Aji + Cak Kitri, anggota Warsejiwa dari seniman ludruk…” ungkap Subadi panjang lebar.
Pentas wayang kulit digelar di bawah pohon raksasa beraroma menyan-dupa aroma wangi itu dihadiri para pejabat birokrat. Ada Forkompinda Mojokerto, Forkompincam, seluruh Kades/Lurah Sekecamatan Dawar Blandong beserta warga dan masyarakat desa Banyulegi dan sekitarnya.
Ketua panitia pelaksana, Deki Astopo mengatakan, bahwa pagelaran Malam Jumat Legi berbarengan dengan 6 Tahun Warsejiwa, adalah upaya menggali/mengangkat adat-budaya desa ini semacam Baritan beserta ubo-rampennya.
Sementara Toni sang Kepala Desa setempat, dalam pidato singkatnya menghaturkan banyak terimakasih kepada para pejabat dan masyarakat yang mendukung acara Baritan malam yang sangat istimewa ini, semoga mendapat barokah dari Alloh.
Sedangkan Bupati kota onde-onde, Mojokerto diwakili Kadisbudporapar (Kepala Dinas Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Dan Pariwisata) Norman Handito, S.IP, M.Si, pertamakali menyampaikan salam dan permohonan maaf dari Bupati, tidak sempat hadir karena ada tugas dinas di luar kota. Norman yang mantan Camat Dawar, bertutur bahwa malam itu serasa bernostalgia. Karena dia pernah jadi Camat Dawar Blandong. “Banyak para pelaku seni dari desa Banyulegi ini yang sukses. Termasuk Mas Giyat ini, yang dinobatkan sebagai juara 1 dalang remaja tingkat Jatim. Warga dari Dawar juga ada yang sukses di bidang budaya, sehingga masuk Muri (Museum Rekor Indonesia), juga ada yang sukses tampil di Taman Mini Indonesia Indah di Jakarta” kata Norman yang disambut tepuk tangan meriah dari sekitar 2000 pengunjung memadati pelataran pendopo Sentono Agung.
Di bagian akhir, Kadisbudporapar berjanji akan memajukan budaya setempat dengan membangun gedung dan taman budaya yang berlokasi di sekitar Pendapa Majapahit. “Dengan prestasi Kangmas Giyat ini, kita coba mengantrikan untuk tampil di gedung Cak Durasim Surabaya…” rencana Pak Norman.
Malam itu juga disampaikan penghargaan kepada 4 (empat) orang berjasa dalam memajukan seni-budaya di kecamatan Dawar Blandong khususnya dan Kabupaten Mojokerto pada umumnya. Mereka tersebut adalah :
1. Yudianto.
2. Subadi.
3. H.Supardi.
4. Joko Sutono.
Klimaks acara yakni tampilnya 3 dalang remaja :
1. Giyat Dwi Cahyono
2. Joko Purnomo
3. Edi Wicaksono
Yang bertraksi-ria memainkan wayang sesuai dengan kepiawaian dan kebolehannya masing-masing.
Reporter Budaya : Ahmad Fanani Mosah.