MALANG, Reportase INC – Sejatinya tak sengaja, rombongan tilik umroh itu mengamati mimbar di masjid Nurul Huda, Pujon Kabupaten Malang, Jatim. 8 (delapan) orang jamaah dan abdi dalem Ponpes Almuniriyah Hidayatussibyan, Sawo-Babat itu bergerak melesat dengan mobil kijang milik Kiyai setempat. Berangkat ba’da, subuh 26 Oktober 2025. Yang dituju adalah rumah Widi Dardia dan Johan Budiman, perumahan Pandansari Kecamatan Wagir, Malang.
Rombongan yang terdiri dari K.H.Toha Chasan, Supardi KPN, Wachid, Wahyu, Yahya, Bahtiar Hendra RT, Karto Kusnan dan Bung Fan itu tiba di lokasi jelang manjing dhuhur. Setelah sholat berjamaah di musholla komplek perumahan mewah, para tetamu dijamu bebagai macam hidangan dari tuan rumah. Usai beramah tamah, segera pamit undur diri, setelah sebelumnya minta doa kepada tuan rumah, Widi Dardia yang baru saja pulang dari tanah suci Makkah untuk ibadah umrah.
Selama perjalanan pulang balik dari Kodya Malang itu diguyur hujan cukup deras. Karena sudah manjing asar, rombongan mencari-cari masjid dengan pelataran jembar. Ini terkandung maksud memudahkan parkir mobil, gitu…
Diliriknya ada masjid megah berkubah gagah dengan menara menjulang indah. Sepakat sore itu rombongan sholat asar di masjid yang diketahui bernama Masjid Besar Nurul Huda. Masjid dengan fasilitas halaman luas itu dilengkapi sarana kantin kuliner dan tempat bermain anak-anak mandi bola. Usai sholat yang diimami Abah Yai Toha itu tatapan semua rombongan tertuju pada benda antiq, unik dan menarik. Perabotan masjid yang biasa digunakan pidato, khutbah, ceramah itu bertengger di imaman masjid. Bentuknya memang seperti barang kuno. Mimbar khutbah bagian atas dipasang atap, menyerupai mahkota raha-raja tempo doeloe. Beberapa kaki dan tiang podium terukir. Modelnya Berpilin-pilin. Persis seperti kayu dipelintir. Lebih langka lagi mimbar penuh seni ukir dan kaligrafi itu terbuat dari kayu Ulin.
Salah seorang marbot (petugas kebersihan masjid) yang tidak bersedia disebut namanya menjelenterehkan, bahwa mimbar tersebut terbuat dari kayu Ulin Kalimantan.
“Ini mimbar langsung dibuat di Kalimantan dari bahan kayu Ulin…” ungkapnya kepada rombongan.
Ketika salah satu rombongan jamaah ada yang nyeletuk : “Lha membawanya ke sini naik apa?”
Marbot yang sedang bersih-bersih itu menjawab : “Dinaikkan lapal laut !”, jawabnya sambil menyapu-nyapu masjid bermarkas di Jl.Agung Nomor 1 Kecamatan Pujon itu.
“Kayu itu Ulin langka dan mahal, lho…” seloroh Abah Yai Tohan pengasuh pondok pesantren Hidayatussibyan.
“Iya, ini kayu memang sangat kuat dan tahan lama, sekelas dengan kayu bengkirai, kayu balao, gitu …” sahut Supadi KPN.
Memang perabotan dari kayu Ulin itu sangat kuat dan tahan lama. Dijamin awet dan tahan terhadap segala cuaca. Kayu Ulin juga ada yang menyebutnya kayu besi. Banyak didapati di hutan pedalaman luar Jawa, semisal Sulawesi dan Kalimantan. Kayu Ulin atau kayu besi sering digunakan untuk landasan (bantalan) rel kereta api. Konon kabarnya menurut ahli pengobatan herbal, buah dan kulit batang kayu Ulin bisa untuk pengobatan berkhasiat sebagai anti oksidan dan pembunuh bakteri pengganggu.
( Ahmad Fanani Mosah)














