LAMONGAN, Reportase, INC – Masyarakat masih terngiang penasaran akan misteri Gunung Ratu yang menyimpan keajaiban. Di era 90-an stasiun televisi swasta, SCTV bikin sayembara dalam paket acara “uji nyali”.
Tayangan dipandu Hari Panca dengan ciri khasnya rambut kepala cukur gundul itu pernah shooting di lokasi makam ibunda Patih Gajahmada, di desa Cancing, kecamatan Ngimbang, kabupaten Lamongan, Jawatimur itu. Pesertanya Johannes, si pemilik Salon kecantikan Queen. Dalam kegelapan nyata, pemuda Cina yang akrab dengan para remaja Babat itu memberi isyarat menyerah dengan melambaikan tangan.
Berbagai macam rasa kecamuk yang ada pada inderawi Johannes. Sehingga tukang rias yang punya stand usahanya di Raya Pasar Babat itu tak kuasa bercerita.
Kini dilokasi yang berada di puncak bukit Gunung Ratu tersebut terasa ada keanehan lagi. Undak (anak tangga) menuju makam yang dijaga macan dan kucing itu (menurut kisah, sehingga di lokasi termaksud terdapat makam macan putih & kucing candranawa). Para pengunjung tidak sama dalam menghitung jumlah undak/anak tangga termaksud.
Salah seorang pengunjung menuturkan kepada awak media ini, bahwa dirinya menemui jumlah yang berbeda. ” Ketika naik, undak itu saya hitung berjumlah 156. Begitu turun, saya hitung lagi, jumlahnya berubah 151…!” ujar Tikono kepada wartawan Reportase ini.
Hal itu dibenarkan oleh Suwarno, tokoh kejawen asal Jedung. “Setiap orang akan mendapati jumlah yang tidak sama, alias berbeda…” kata pengurus paguyuban Wilwatikta sekaligus Dwija (pembina/tutor) kursus pranata adicara pamedar sabda, Permadani itu.
Pada momen-momen tertentu lokasi yang sering dijadikan obyek pencarian pusaka itu ramai dikunjungi para peziarah.
Juru kunci makam, Jumain dalam wawancaranya dengan reporter koran ini mengatakan, bahwa malam Jumat Legi dan Jumat Kliwon, sangat padat pengunjung.
Elly salah satu pengunjung nimbrung : “Iya Bung, saya pernah malam Jumat Legi berkunjung ke sini, memang rame banget. “Ada pengajiannya pula…!” sahut cewek dari Tikung kala itu berwisata religi diantar sang suami.
Kembali ke Suwarno, : “Memang kami yang dituakan disini, kepingin mengedukasi kepada masyarakat pengunjung untuk selalu mensucikan diri. Makanya seyogyanya sebelum masuk pesarean ini, para peziarah dihimbau untuk bersuci membersihkan jiwa raga dengan air sendang yang ada di bawah bukit sana…!” tutur Suwarno kepada Bung Mosah, reporter media ini.
Namun semua itu kembali kepada niat masing-masing orang. “Semua sarana dan prasarana di sini ini adalah perantara. Intinya hati dan pikiran harus suci. Bersih jiwa raga. Fokus memohon pada Sang Kholiq, Alloh Swt…” urai Suwarno dalam.mengakhiri obrolannya dengan awak media koran ini.
Reporter : Ahmad Fanani Mosah.