LAMONGAN, Reportase INC – Persaudaraan Masyarakat Budaya Nasional Indonesia Kabupaten Lamongan, sudah hampir 6 bulan menggelar pawiyatan pranatacara tuwin pamedhar sabda (kursus ke-MC-an dan teknik pidato/sambutan). Salah satu materi pelajarannya adalah seputar kepermadanian. Oleh karena itu, DPD (Dewan Pimpinan Daerah) Permadani Lamongan dipandegani Kiyatarto, S.Pd, M.Pd menghadirkan Pimpinan Pusat Permadani dari Semarang (Ahad 4 Mei 2025).
Di hadapan 30 peserta kursus, pembina/pelatih dan pengurus DPD Permadani Lamongan, total 50 orang itu, Kiyatarto berkisah : “Jika tahun-tahun lalu peserta dibawa ke Jawatengah sambil berwisata budaya, maka untuk sementara kali ini pengurus pusat kita hadirkan untuk memberi materi tentang kepermadanian…” kata Pak Kiyat (panggilan keseharian).
Lokasi kursus dipilihnya di aula SMP Negeri 1 Modo. Disamping mudah dijangkau dari segala penjuru, juga karena lembaga sekolah termaksud sudah komplit sarana-prasarananya. Diantaranya punya gamelan lengkap laras pelog dan laras slendro, sound system’ yang memadai dan panggung yang representatif serta halaman parkir luas, ditunjang fasilitas lain cocok untuk pendidikan non formal.
Masih dalam pidato sambutan ketua DPD Permadani Lamongan, Kiyatarto menyampaikan ucapan terimakasih kepada pemateri, Ki Suko Prayitno. “Dalam materi kepermadanian, ada yang namanya Tri Rukun. Yakni rukun bala, rukun rasa dan rukun bandha. Semoga nanti akan diurai oleh Pak Ki Suka Prayitno” kata Pak Kiyat, ketua pengurus yang juga pengampu pelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Modo itu.
Selanjutnya materi inti seputar kepermadanian, disajikan oleh Ki Suko Prayitno selama kurang lebih 2 jam. Dan materi bidang kepermadanian ini suatu keharusan diberikan kepada peserta pelatihan. Meski demikian, seluruh audiens tidak jemu. Disamping teknik penyajian menarik, juga disisipi lelucon-lelucon segar bikin tubuh serasa bugar dan semangat tetap tegar. Misalnya saja, kata Pak Suko : “MC alumni Permadani itu nggak boleh pasang tarip. Diberi berapapun tetap alhamdulillah. Jika nggak diberi, bacalah alfatekhah…” jurus Pak Suko yang disambut gerrr para pengunjung memadati aula SMP 1 Modo kala itu.
Dalam pada itu, Ki Suko Prayitno memberi pencerahan, bahwa materi yang disebut Wedharan Kapermadanen hanya boleh disampaikan oleh orang-orang/pengurus pusat saja. Ini hikmahnya adalah agar personil dari pengurus pusat Semarang bisa anjangsana/sillaturahmi ke daerah-daerah, gitu….
Di tengah-tengah pemberian materi, pria kurus tinggi semampai yang lihai menjadi cucuk lampah itu sempat memberi testing pertanyaan. Dan langsung disahut-jawab oleh para peserta. “Wah, 30 peserta di sini sudah pinter-pinter semua ya, seolah bagaikan 35 peserta, gitu…!” kata Ki Suko memuji.
Tak lupa pula pemateri asal Ponorogo itu memaparkan, kenapa Permadani bisa bertahan dan justru berkembang pesat. “Bahkan baru-baru ini berdiri DPD Permadani di Banjarmasin. Karena Permadani punya visi-missi bersifat sosial, non komersial dan non politik…” kata Ki Suko menjelentrehkan.
Jelang akhir materi, si pemakalah memberi hadiah beberapa buku karyanya seputar teknik ke-MC-an. Buku-buku tersebut dibagi secara gratis, dengan catatan harus bisa menjawab dengan benar, pertanyaan yang disampaikan. Di bagian akhir, peserta diberi kesempatan berpoto bersama Pengurus Pusat Permadani, Ki Suko Prayitno dan Ki Makirom.
Kiyatarto sempat bertutur lewat Media Reportase, bahwa wisuda kursus ke-MC-an angkatan ke 14 ini akan digelar pada Ahad 11 Mei 2025. “Insya Alloh peserta sudah dilatih panembromo dan teknis proses wisuda. Rencananya 3 hari kedepan akan kita gladi lagi. Karena setiap wisuda dihadiri sejumlah pengurus pusat dari Semarang…” kata Pak Kiyat kepada Media Reportase INC ini.
(Reporter : Ahmad Fanani Mosah).