LAMONGAN, Reportase INC – SMP Negeri 1 Kedungpring, Kabupaten Lamongan baru saja dinobatkan sebagai sekolah Adiwiyata Nasional. “Ini saya persiapan ke Jakarta untuk menerima piagam penghargaan dan bersama beberapa lembaga sekolah lain sekabupaten Lamongan…” kata Drs.Tardi, M.Pd, kepala sekolah bermarkas di Raya Mekanderejo itu. Inilah wujud dari hasil sentuhan-sentuhan tangan halus para guru/karyawan yang dimotor-pandegani Pak Tardi.
Tidak hanya itu saja kesuksesan SMP Negeri 1 Kedungpring. “Di cabang pencak silat dan catur, prasasat langganan juara dan selalu unggul…” tutur Pak Mukminin yang mendampingi awak media Reportase INC ini. “Demi kebaikan, kami mendatangkan pelatih dari luar yang profesional di bidangnya” lanjut Cak Inin panggilan penulis yang selalu sukses menggelar even literasi itu.
Ketika awak media ini bertamu ke sekolah termegah, di kecamatan Kedungpring itu, Cak Inin Mukminin berkisah, bahwa saat waktu sholat dhuhur dan ashar, semua murid sekitar 900 anak itu kompak ke musholla. Rumah ibadah berukuran besar berlantai 2 milik lembaga itu diberi nama Musholla Alkaromain. Sengaja keluarga besar SMPN 1 Kedungpring menyematkan nama tersebut terkandung maksud mengabadikan nama kepala sekolah pendahulunya yang turut serta ‘cancut taliwanda’ ‘bubak alas’ membangun musholla itu (Pak Kurmen, kini telah almarhum). Program unggulan keislaman adalah tahfidzulquran. Setiap murid wajib mengadakan setoran ayat kepada ustadz/ustadzah. “Setiap ada agenda wisuda tahfidz di Lamongan, pasti jumlah terbanyak dari SMPN 1 Kedungpring ini…!” kata Cak Inin panggilan populernya walikelas 7-A, kepada reporter awak media ini.
Di bidang literasi, lembaga sekolah milik pemerintah tingkat SMP bermarkas di desa Mekanderejo itu juga dinobatkan sebagai perpustakaan terakreditasi A nasional. “Di lembaga kami ini, SMPN 1 Kedungpring sudah menggunakan sistim digital…” seloroh Sono Eko Cahyono, pustakawannya. Dan reporter media ini diajak ke ruang referensi penuh piagam penghargaan.
“Semua data buku, teknik peminjaman dan pengembalian menggunakan komputer (digital aplikasi). “Misalnya ada peminjam yang curang, tidak mau mengembalikan atau bikin resum buku milik temannya, maka akan konangan..!” ungkap Eko Cahyono, pustakawan profesional yang bertugas di sekolah yang baru saja lolos menuju Adiwiyata Nasional.
Kriteria ditetapkannya sebagai perpustakaan digital berakreditasi A nasional antara lain :
– Teknik layanan yang mumpuni
– Jumlah buku memdai
– Jumlah pengunjung/peminat baca
– Kelayakan petugas/pustakawan
– Administrasi serba digital (pengindukan buku, data keluar-masuk buku, sumber perolehan buku dsb)
– Pengunjung luar/yang studi banding
– Dll.
“Rerata perhari pengunjung dari orang dalam (guru, murid, karyawan) ada sekitar 150 orang…” ungkap petugas Sono Eko Cahyono.
Salah satu teknik bersosialisasi untuk mempromosikan perpustakaan Bahrun Amiq milik SMPN 1 Kedungpring ini, yaitu ketika ada lomba yang diikuti oleh SD/MI yang dikawal orangtua/walimuridnya, mereka dipersilahkan masuk perpustakaan dan baca-baca. Dengan demikian, orang luar (masyarakat) menjadi tahu tentang sarana/prasaran di SMPN 1 Kedungpring itu.
Guna menambah koleksi buku-buku bahan bacaan, keluarga besar sekolah termaksud bikin karya literasi. Termasuk hasil karya antologi yang digerakkan Cak Inin. Pak guru bernama asli H.Mukminin, S.Pd, M.Pd itu memang getol di bidang literasi. Guru pengampu pelajaran Bahasa Indonesia itu, dari tahun ke tahun menggelar even kepenulisan. Hasil karyanya baik dari sekolah setempat dan tingkat nasional selalu dipajang di perpustakaan Bahrun Amiq. “Jadi saya juga menyumbang buku karya saya secara solo maupun bersama (antologi), seperti yang baru saja terbit menasional ini…!” ucap Cak Inin sembari menunjuk setumpuk buku karya solo dan antologi yang baru terbit.
Perpustakaan Bahrun Amiq yang dikepalai Anggorowati itu juga ada jadwal berkunjung. “Setiap hari 3 kelas yang terjadwal wajib berkunjung dan baca-baca di perpustakaan sini…!” tutur Eko Cahyono pustakawan yang sudah sering mendapat formulasi keilmuan sesuai bidangnya itu. Setidaknya ada 7 ribu judul yang terdiri dari 10 buku..” imbuh lelaki asal desa Tanjung itu.
Yang lebih unik lagi, SMP Negeri yang dipimpin Pak Tardi itu juga mendapat julukan ‘sekolah inklusi’. Yakni sekolah yang melayani murid berkebutuhan khusus. Semacam disabilitas. Ketua pengurus sekolah inklusi dipercayakan kepada petugas/guru BK (Bimbingan & Konseling). Adalah Wida Sulistiyowati, S.Pd yang dipercaya mengelola sekolah inklusi tersebut. Setidaknya pernah tembus sampai 12 anak yang perlu mendapat perhatian khusus. “Dan alhamdulillah lembaga SMPN 1 Kedungpring ini sudah mendapat kepercayaan dari masyarakat, dan kami semua menjaga amanat ini..” tutur Bu Wida yang cantik itu.
Lebih lengkap, Bu guru asli desa Nglebur itu menjelaskan bahwa guru harus bisa menyesuaikan penuh kesabaran dalam menghadapi murid berkebutuhan khusus. “Guru punya PPI (Program Pembelajaran Individu)” kata istri polisi, Fendi Teguh Wibowo itu dalam penuturannya kepada awak media ini (26 September 2024). Dalam perbincangannya dengan reporter media ini, Bu guru Wida yang tentu paham psychologi itu mengungkapkan, bahwa sejatinya banyak sekali tipe/macam-macam anak yang perlu mendapat perhatian khusus.
“Ada yang namanya autis, yakni asyik dengan dunianya sendiri. Ada tuna grahita, ini yang lamban atau biasa kita sebut keterbelakangan mental. Ada lagi bipolar, artinya anak tergantung suasana hati, terkadang sampai depresi, stres tingkat tinggi dan seterusnya…!” ungkap panjang-lebar dari Bu guru yang pasang behel di giginya itu sehingga menambah cantik dan femininnya dalam berpenampilan
Reporter : Ahmad Fanani Mosah.