TUBAN, Reportase INC– Ratusan petani dari dua kecamatan di Kabupaten Tuban, Jawa Timur, nekat menjebol tanggul Waduk Jabung Ring Dyke (JRD) karena tidak sanggup lagi menghadapi banjir tahunan yang merendam ribuan hektar lahan pertanian. Aksi ini dilakukan setelah upaya bertahun-tahun mereka tak kunjung mendapat solusi dari pemerintah.
Waduk yang dibangun sejak 2010 ini awalnya dirancang sebagai sarana pengendali banjir dan penampung air. Namun, proyek tersebut terbengkalai dan tidak berfungsi maksimal, sehingga warga menyebutnya sebagai “waduk mangkrak”.
Banjir Meluas, Petani Frustrasi
Dalam sepekan terakhir, banjir merendam lahan pertanian di Kecamatan Widang dan Plumpang. Petani menyebut air meluap dari Sungai Avur karena tidak tertampung di waduk. Ribuan hektar sawah pun tergenang dan terancam gagal panen.
“Kalau di Desa Banjar dari total 360 hektar, sekitar 120 hektar tidak bisa ditanami. Di Desa Widang sekitar 80 hektar, dan di Desa Bunut hampir 90 persen lahan terendam. Di Plumpang sendiri, total lahan terdampak mencapai 7.000 hektar,” ujar Wahyudi, tokoh petani setempat.
Karena frustrasi dan tidak ingin banjir semakin meluas, para petani akhirnya sepakat menjebol sebagian tanggul waduk dengan alat berat untuk membuat sodetan darurat agar air Sungai Avur bisa mengalir masuk ke waduk.
Waduk Disalahgunakan, Lahan Dalam Malah Produktif
Ironisnya, lahan di dalam area waduk yang semestinya menjadi tempat penampungan air justru dimanfaatkan untuk menanam padi dan membuat tambak ikan. Padahal, papan larangan dari pemerintah jelas melarang aktivitas pemanfaatan lahan di area tersebut karena merupakan tanah negara.
“Di dalam waduk justru ada tanaman padi, sedangkan kami yang punya lahan resmi di luar waduk tidak bisa menanam karena banjir. Ini kan terbalik,” kata Wahyudi.
Ia menambahkan bahwa sebagian besar warga tidak mempersoalkan siapa penggarap dalam waduk, namun lebih mendesak agar fungsi waduk dikembalikan sebagaimana mestinya.
“Yang kami tahu, waduk itu tempat penampungan air, bukan untuk tanam padi atau buat tambak ikan,” ujarnya tegas.
Pintu Air Tidak Memadai
Masalah lain yang memperparah situasi adalah ukuran pintu air Waduk Jabung Ring Dyke yang dinilai terlalu sempit sehingga tidak mampu menampung volume air dari Sungai Avur. Akibatnya, air meluap dan membanjiri sawah di dua kecamatan tersebut.
“Pintu air terlalu kecil, tidak sebanding dengan debit air dari Sungai Avur. Harusnya sejak awal dibangun lebih besar,” kata Wahyudi.
Desakan untuk Evaluasi dan Normalisasi
Melalui aksi nekat ini, para petani berharap perhatian serius dari pemerintah. Mereka menuntut normalisasi aliran Sungai Avur dan evaluasi menyeluruh terhadap fungsi Waduk Jabung Ring Dyke.
“Jangan sampai setiap musim hujan kami jadi korban lagi. Waduk ini harus difungsikan sebagaimana mestinya,” pungkas Wahyudi.
(Had/Redaksi)